Temanggung (KR)- Temanggung punya ikon baru setelah tembakau dan kopi. Ikon itu adalah jambumerah yang dihasilkan warga desa sugih waras kecamatan bejen temanggung. Warga juga memulai memanfaatkan jambu untuk pembuatan dodol jambu sebgai upaya untuk menambah nilai jual komoditas jambu merah. Setidaknya 22 ton jambu terjual dalam satu haari. Padahal, penjualan masih di Warung emplek-emplek yang berjajar di tepi jalan raya sukorejo-parakan. Untuk menutup kekurangan, warga mendatangkan jambu dari daerah sukorejo.
“Petani kewalahan memenuhi permitaan pembeli, karena produksi jmbu belum luas,”kata H Masyhudi, ketua peguyupan petani dan penjuall jambu desa sugih waras, minggu (7/8). Keunggulan utama jambu dari sugih waras adalah warna segar, rasa yang lebih manis dan buahnya awet atau tidak mudah busuk. Ini dipengaruhi pupuk yang hanya mrnggunakan pupuk kandang atau organik. Penyemprotan h ama juga dilakukn dengan ramuan alam. Dikatakan, pembeli jambu kebanyakan warga yang melintas dijalan raya tersebut yang memang meluangkan waktu dan berniat untuk membeli jambu. Jual beli dilakukan langsung antara petani dan pembeli. Paguyupan sepakat tidak ada pedagang pengepul yang menjual ditempat tersebut. Hal ini untuk menjaga agar harga tidak dipermainkan. “Petani menjual jambu hasil budidayanya Rp 3.500 per kg”,ujarnya. Dikemukaakan, lahan jambu diwilayah itu sekitar 9 hektare yang baru menghasilkan sekitar 2 ton. Penanaman pohon jambu terus dilakukan karena petani menyadari dampaknya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. “Mereka tidak lagi menjadi buruh tani dan petani, kini mereka menjadi pedagang dengan hasil yang lebih tinggi,” kata H Masyhudi, sembari mengatakan tiap pedagang per hari wajib menabung Rp 1000 dan Rp 5000 per bulan. Uang itu dimanfaaatkan untuk penambahan modal. Petani merencanakan akan melakukan diversivikasi usaha berupa pembuatan dodol dan sirup jambu.
(Sumber: KR-8-8-2011 hal 21)
No comments:
Post a Comment