Friday, 12 August 2011

MARKETING REVOLUTION

Tujuan marketing adalah menukarkan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli, sesering mungkin sehingga pembeli untung, penjual untung. Menurut Tung Desem Waringin dalam bukunya Marketing Revolution, marketing dibagi ke dalam dua aliran, yaitu aliran mengingatkan dan menawarkan.
Aliran mengingatkan/branding/institutional marketing/awareness, seiring kali membutuhkan biaya iklan yang sangat besar dan tidak menghasilkan penjualan. Karena awareness/ingat tidak sama dengan penjualan. Kenungkinan orang ingat akan keberadaan produk tertentu tetapi tidak mau membeli produknya, tentu akan sangat merugikan para pengusaha yang telah mengeluarkan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk suatu iklan yang tidak meningkatkan penjualan. Dan seringkali aliran ini merupakan Open Marketing dimana biaya marketing tidak bisa diukur dari hasil penjualannya. Aliran menawarkan/ direct response Marketing. Dalam aliran ini biaya marketing bisa dibandingkan dengan hasil penjualan. Kegiatan marketing termasuk iklan, akan selalu diukur hasil penjualanya. Dengan demikian biaya marketing dikeluarkan secara efektif dan efisien. Aliran ini merukan aliran close marketing dimana biaya marketing bisa diukur hasil penjualannya.  Yang terbaik dari aliran menawarkan adalah biaya marketing bisa unlimited. Kalau kita bisa mengukur berapa biaya beli per customer dan berapa keuntunga per customer. Sebagai contoh biaya beli (biaya marketing) yang dibutuhkan untuk mendapatkan seorang customer rata-rata biaya Rp 1.000.000 dan ternyata keuntungan bersih per customer rata-rata Rp 2.000.000 maka biaya marketing boleh unlimited. Usaha marketing yang sudah bisa menghasilkan ini boleh diulangi terus selama masih menghasilkan. Tidak usah peduli apakah soft selling atau hard selling yang penting bisa menghasilkan penjualan. Dalam marketing revolution, Tung Desem W tidak menolak aliran branding, hanya saja lebih suka menggunakan publisitas, press release, public relation untuk menghasilkan branding/awareness daripada iklan. Publisitas (melakukan perbuatan gila positif yang layak berita) sehingga mass media dengan suka rela memuat berita jauh lebih murah dibanding iklan. Dan, bila memang perusahaan memiliki dana yang sangat besar untuk mengingatkan, boleh saja meggunakan iklan besar-besar-besaran, untuk awareness asal pada akhirnya penjualan meningkat. Usahakan hasil penjualannya sebisa mungkin terukur. Bukan hanya terukur awareness-nya. Misalnya, jangka waktu tertentu dari iklan yang hanya mengingatkan ini diukur tingkat penjualannya kemudian diganti dengan iklan mengingatkan yang lainnya kemudian bandingkan hasilnya. Juga kenapa tidak, setelah anda mengingatkan ditambah menawarkan benefits yang emosional, ditutup dengan penawaran terbatas (waktu,diskon, hadiah, keuntungan) bagi yang take action. Jaadi ketika orang ingat kemudian beli, maka efektifitas iklan bisa diukur. Untuk merevolusi marketing dimana berarti terjadi peningkatan penjualan secara dramatis besar dan cepat, gunakan sebagian kecil biaya untuk publisitas sehingga awareness meningkat, gunakan sebagian biaya untk menawarkan agar penjualan meningkat. Menurut Tung DW, tujuan marketing adalah menukarkan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli, sesering mungkin sehingga pembeli untung, penjual untung. Maka mestinya untuk menukarkan kita perlu menawarkan bukan hanya mengingatkan.
Menurut Tung DW, definisi marketing adalah ilmu menyampaikan penawaran kepada target market sehingga terjadi penjualan yang berkesinambungan. Sedangkan definisi Marketing Revolution adalah ilmu menyampaikan penawaran kepada target market sehingga terjadi peningkatan penjualan yang berkesinambungan secara cepat dan besar.

Pokok yang penting dalam bisnis bukan kantor, Bukan Mr. Hi Tech, bahkan bukan produk atau jasa melainkan penawaran. Bisnis belum ada sebelum penawaran (Mark Joyner).

 Untuk terjadi penjualan berkesinambungan pasti syaratnya adalah baik pembeli maupun penjual untung. Andaikan hanya penjual yang untung, namun pembeli rugi, si pembeli pasti kapok tidak mau beli lagi. Sedangkan misalnya hanya pembeli yang untung, penjual rugi, penjual semakin lama semakin rugi dan akhirnya tidak bisa berjualan lagi. Tantangan pertama dalam marketing revolution adalah bagaimana menciptakan penawaran yang begitu menarik dan bisa dipercaya sehingga calon pembeli akan berkata kepada diri sendiri “saya goblok kalau tidak mau beli” atau “saya sungguh beruntung bisa beli”. Yang kedua, bagaimana menyampaikan penawaran yang begitu menarik dan bisa dipercaya kepada orang atau calon pembeli yang tepat. Misalnya, Anda menawarkan mercendes benz s-class dengan harga sangat murah, 50 % dibawah harga pasar dan masih berhadiah 2 kursi pijat Osim Rp 100 juts sekaligus plus tukang pijatnya tetapi anda menawarkan kepada pengemis dipinggir jalan, bisa jadi yang bersangkutan hanya tertawa. Namun, misalnya pengemis tersebut berjiwa pengusaha atau pernah ikut seninar marketing revolution, bisa jadi dia adaah pembeli yang tepat. Karena dia akan melakukan praktik makelar. Ha aha ha kwkwkwk.

2 comments: